Veganisme: Antara Gaya Hidup, Kemunafikan, atau Sekedar Propaganda

Ditulis oleh: Resta Sukmana Wijaya

Contoh menu makanan untuk vegan

 

Bandung, 18 September 2021 - Menurut Wikipedia, Veganisme adalah sebuah filosofi atau gaya hidup yang peduli dan mempraktikkan kehidupan tanpa segala bentuk eksploitasi hewan, baik itu penolakan untuk mengonsumsi hewan untuk makanan, pakaian, serta penolakan uji coba pada hewan.

Dari definisi di atas sudah jelas bahwa veganisme - salah satu bentuk atau varian dari vegetarianisme, merupakan versi ketatnya. Orang-orang yang mempraktikkan gaya hidup ini menolak keras semua produk yang berbasis hewan, dari makanan hingga produk olahannya, hingga barang-barang apapun yang berbahan dasar hewan, bahkan produk yang diujicobakan pada hewan. Jadi, singkatnya mereka yang vegan ini hanya mengonsumsi menggunakan apapun yang berbahan dasar tanaman.

Sedangkan manusia pada hakikatnya merupakan pemakan segala. Ini ada kaitannya dengan sejarah evolusi manusia. Mari kita membahas sejenak tentang sejarah pola makan manusia.

Manusia mulai memakan daging sekitar 2,6 juta tahun yang lalu. Saat itu, manusia purba masih tinggal di kawasan sabana Afrika. Bumi semakin panas dan kering, menyebabkan tumbuhan yang menjadi sumber makanan utama banyak yang mati. Jadi, seleksi alam memaksa mereka untuk mencari sumber makanan baru yang kaya akan kalori. Padang rumput tumbuh subur saat itu, yang berarti banyak hewan herbivora berkumpul untuk makan.

Manusia purba saat itu sudah menggunakan alat, namun hanya sebatas batu kasar yang ditemukan secara sembarang. Saat itu mereka belum pandai berburu, jadi kemungkinan mereka mendapatkan daging dari bangkai hewan (dalam kata lain, pebangkai). Namun, terkadang susah untuk mencari bangkai hewan yang masih lengkap daging maupun jeroannya, jadi manusia purba saat itu menggunakan alat dari batu itu untuk menghancurkan atau membuka tulang besar bangkai tersebut untuk memakan sumsum tulang yang lezae dan sarat akan kalori dan nutrisi.

Cerita terus berlanjut hingga manusia purba berevolusi menjadi pemburu aktif. Saat itu, otot mereka berevolusi menjadi lebih kuat. Kelenjar keringat mulai muncul, dan rambut tubuh berkurang secara signifikan. Manusia purba berevolusi menjadi pelari maraton saat itu, memberikan daya tahan yang luar biasa saat berburu di siang hari. Mamalia pada umumnya akan mengalami overheat setelah berlari, namun tidak dengan manusia karena kita memiliki kelenjar keringat untuk membantu mengatur termoregulasi.

Kemudian, suatu peristiwa terjadi. Petir menyambar dan membakar dedaunan dan tumbuhan kering. Manusia purba saat itu tidak tahu itu apa, sampai akhirnya mereka berhasil menemukan sebuah penemuan yang menjadi tolak ukur kesuksesan peradaban manusia purba: api. 

Manusia purba pada awalnya memanfaatkan api sekedar untuk menghangatkan diri, sembari berkumpul dengan keluarga atau komunitasnya. Saat itu mereka masih memakan daging mentah. Kemudian secara tidak sengaja salah satu potongan daging terjatuh tepat di atas bara api. Saat itu daging terlalu berharga untuk dibuang begitu saja, jadi mereka memakan daging yang sudah "dimasak secara tidak sengaja" itu. Mereka menemukan bahwa daging dan apapun makanan yang berasal dari hewan yang sudah dimasak itu lebih enak dan lebih mudah untuk dimakan. Sejak saat itu, manusia mulai memakan makanan yang sudah dimasak, dan mungkin mulai mengembangkan teknik memasak.

Itulah bagaimana kita menjadi pemakan segalanya. Itulah yang membuat kita menjadi manusia seperti sekarang.

Salah satu alasan mengapa hanya Homo sapiens yang masih bertahan sampai sekarang salah satunya karena pola makannya. Suatu suku yang hidup di daerah sangat dingin, dimana hampir tidak ada tumbuhan tersedia untuk dimakan, mereka mengandalkan pola makan berbasis hewan untuk bertahan hidup. Mereka memakan hampir seluruh bagian hewan, dari daging, jeroan, hingga lemaknya, sehingga mereka mendapatkan hampir semua nutrisi yang mereka butuhkan.

Sekarang pertanyaannya adalah: mengapa ada orang yang memilih untuk menjalani gaya hidup berbasis tanaman dan menolak apapun yang berbahan dasar hewan?

Pertanyaan ini pastinya menjadi salah satu perdebatan hangat, karena kita mengumpulkan sudut pandang yang berbeda. Namun, ada beberapa alasan mengapa beberapa orang memilih untuk menjadi seorang vegan. Dari mulai alasan kesehatan, rasa kasihan terhadap hewan, rasa peduli akan lingkungan, dan alasan-alasan lain yang terkadang sulit diterima akal. 

Saya pribadi sangat suka memakan daging. Produk pangan berbasis hewani mencakup 80% diet saya. Saya hanya memakan nasi (karena memang makanan pokok), terkadang oatmeal, kangkung, bayam, wortel, dan beberapa jenis lalapan (salad kalau versi Baratnya) sebagai produk pangan non-hewani yang mencakup sisa 20% diet saya. Itu sudah termasuk produk seperti susu sapi dan kambing sebagai dairy milk, serta susu kedelai dan almond sebagai non-dairy milk

Terkadang saya merasa jengkel dengan orang-orang yang mengkampanyekan gaya hidup berbasis tanaman, terutama dengan alasan menjaga lingkungan. Mereka terus menyerukan "ajaran" veganisme itu, tetapi disisi lain mereka masih menggunakan kendaraan dengan mesin bensin. Menurut saya, itu adalah sebuah bentuk kemunafikan. Untuk apa menyiksa diri sendiri dengan merubah pola makan dan diet, tetapi tidak dengan membantu berkontribusi untuk lingkungan dengan memakai kendaraan listrik, misalnya. 

Jujur saja, saya hampir menjadi anti-veganisme karena hal tersebut. Namun kemudian saya berpikir kalau itu hanya masalah sudut pandang seseorang saja.  

Menjadi vegan tidak serta merta / belum tentu kita sudah berkontribusi menjaga planet biru ini. Tidak ada bahkan di buku pelajaran SD sekalipun. 

Saya membaca tentang bagaimana para vegan memandang orang yang masih memakan daging seperti saya "penjahat terburuk", dan menganggap diri mereka adalah orang yang paling benar / suci. Ini lebih seperti geng sekolah, dimana geng sekolah A merasa lebih baik dari geng-geng sekolah yang ada di wilayah itu.

Belakangan ini, gaya hidup vegan lumayan banyak pengikutnya. Tak terkecuali selebriti seperti Lewis Hamilton, Paul McCartney, bahkan Adolf Hitler. Dan rata-rata mereka melakukannya karena alasan "kesejahteraan hewan dan melindungi planet dari pemanasan global yang salah satu penyebabnya adalah industri peternakan".

Bukan saya tidak menghargai alasan-alasan itu, namun memang terkadang saya memikirkan alasan-alasan itu. Namun saya memilih untuk tidak ambil pusing dengan hal seperti itu. 

Dari segi nutrisi, menjadi vegan artinya kita menghentikan asupan nutrisi yang memang hanya dapat diperoleh dari hewan. "Ah, kan bisa beli suplemen, banyak kok yang jual". Memang betul, tapi kebanyakan mengonsumsi suplemen yang kita sendiri tidak tahu atau tidak begitu yakin bagaimana caranya suplemen itu dibuat, bagaimana keasliannya, legalitasnya, dan apa saja yang terkandung di dalamnya, itu sama saja bohong.

Mungkin Anda yang vegan akan memberikan argumentasi tentang industri peternakan yang menyumbang sekian persen dalam pemanasan global. Memang tidak bisa dipungkiri, namun masih ada penyebab lainnya, tapi kenapa hanya industri peternakan yang paling disalahkan? Saya tidak memberikan penjelasan lebih lanjut karena sampai tulisan ini ditulis, mungkin jumlah seberapa besar industri peternakan ikut serta dalam pemanasan global terus berubah.  

Manusia tidak dirancang untuk gaya hidup yang hanya mengandalkan tumbuhan saja. Ditarik garis evolusi, kita memakan hewan untuk bertahan hidup, karena manusia itu sendiri adalah bagian dari jejaring makanan dan pernah menjadi predator puncak.

Secara Tuhan sudah menciptakan hewan-hewan tersebut, alasannya karena memang untuk dikonsumsi manusia, dan itu adalah nikmat yang luar biasa. Jadi, tidak ada alasan untuk menjadi vegan karena kesejahteraan hewan karena mungkin hewan-hewan konsumsi itu merasa tidak masalah. Tentu saja kita harus tahu hewan apa yang boleh dikonsumsi dan tata cara penyembelihannya harus bagaimana. Menurut saya, kesejahteraan hewan hanyalah alasan yang dibuat-buat untuk mencari pembenaran.

Anda yang vegan mungkin berpikir saya psikopat atau orang gila yang fanatik dengan daging. Saya hanya manusia biasa yang sedang membagikan pikirannya melalui tulisan ini, dan inilah sudut pandang saya mengenai veganisme. 

Anda mau tetap menjadi pemakan daging seperti saya tidak masalah, Anda mau menjadi vegan, tidak masalah. Selama Anda simpan semua itu untuk Anda sendiri, tidak mengharamkan orang non-vegan, dan tidak memandang rendah orang lain yang non-vegan. Semua hanya masalah sudut pandang.

Komentar